Rabu, 13 April 2016

Astaga! kurasakan payudaraku diremas-remas dengan keras


                                   Download Video Indo Bokep Gratis Memek Abg

Aha.. Koran baru telah datang”, kataku dalam hati lihat surat berita pagi terbitan hari ini tergeletak di dekat pintu pagar. Kuambil surat berita itu. Segera saya duduk di kursi di teras sembari membacanya. 
Sebagai mahasiswa fakultas ekonomi saya begitu suka pada berita-berita mengenai perekonomian Indonesia termasuk juga krisis ekonomi berkelanjutan yang tengah menempa Indonesia. Kubolak-balik halaman-halaman surat berita. Mataku tertumbuk pada suatu iklan satu kolom yang cukup mencolok. 
“Dicari, gadis berumur 17 hingga 25 th.. Muka serta tampilan menarik. Bertubuh ramping. Tinggi minimum 165 cm dengan berat yang sesuai sama. Bisa bergaya. Tertarik untuk jadi photo jenis. Peminat diinginkan datang sendiri ke **** (edited) Agency, Jl. Cempaka Putih **** (edited), Jakarta Pusat. ” 
“Aku dapat di terima apa tidak ya? ” Saya ajukan pertanyaan dalam hati. Memanglah sih, kupikir-pikir saya penuhi kriteria yang disuruh. Usiaku baru mencapai 20 th.. Badanku ramping dengan tinggi 170 cm, seimbang dengan ukuran dadaku yang diatas rata-rata wanita seusiaku. 
Wajahku cantik. Rekan-temanku katakan saya kombinasi pada Desy Ratnasari serta Maudy Kusnadi. Namun menurutku sih mereka sangat memujiku berlebih-lebihan. 
Ah, beberapa cobalah saja saya melamar. Siapa tahu saya di terima jadi photo jenis. Kan lumayan buat memberi pendapatan. Saya masuk kedalam tempat tinggal, ke kamarku. “Pakai pakaian apa ya nikmatnya? ” batinku. Ah ini saja. Kukenakan blus biru muda serta celana panjang jeans belel yang cukup ketat yang barusan sekian hari yang silam kubeli di Cihampelas, Bandung. 
Mobil Feroza yang kukendarai masuk jalan yang dimaksud dalam iklan. Ah, mana ya nomer **** (edited)? Nah ini dia. Tempat tinggalnya sih cukup mentereng. Di halamannya terpampang papan nama “**** (edited) Agency Foto Studio & Jenisling. 
Terima anggota baru. ” Wah benar ini tempatnya. Kuparkir mobilku di tepi jalan. Disana telah banyak bertengger mobil-mobil lain. Saya masuk kedalam. Astaga! Didalam telah banyak cewek-cewek cantik. 
Tentu mereka juga yaitu pelamar sepertiku. Sesaat mereka memandangku saat saya masuk. Mungkin saja mereka mengagumi akan lihat kecantikan wajahku serta kemolekan badanku. Kucari tempat duduk yang kosong sebelumnya setelah mendaftarkan diriku di meja pendaftaran. 
Hilang ingatan, nyaris semuanya tempat duduk terisi. Nah, itu dia ada satu yang kosong di samping seseorang cewek yang cantik sekali, keturunan Indo. Berwajah serupa Cindy Crawford. Nampaknya ia sebaya denganku. 
Namun astaga, ia menggunakan pakaian yang berdada rendah dengan kata lain “you can see, ” serta rok jeans mini yang cukup ketat, hingga memperlihatkan pangkal payudaranya yang memiliki ukuran cukup besar. Ia terlihat memandangku serta tersenyum. 
Memandangnya saya jadi kurang percaya diri. Wah, sainganku ini top sekali. Apakah mungkin saja saya dipilih jadi photo jenis disini? Satu persatu beberapa pelamar di panggil ke ruangan pengetesan, hingga si Indo di sampingku tadi di panggil juga. Semuanya pelamar yang telah dites keluar melalui pintu lain. Pada akhirnya namaku di panggil juga. 
“Hanny K**** (edited) dipersilakan masuk kedalam. ” 
Saya juga masuk kedalam serta disambut oleh seseorang pria bertubuh agak gemuk. 
“Kenalkan saya Adhin, direktur sekalian yang memiliki agensi ini. Siapa nama anda tadi? Oh ya, Hanny, nama yang bagus, sebaik orangnya. Saat ini giliran anda dites. Cobalah anda berdiri disana. ” 
Saya juga menurut saja serta menuju tempat yang ditunjuk oleh Adhin, dibawah lampu sorot yang cukup jelas serta di depan satu kamera photo. 
“Coba anda bebrapa saksikan contoh-contoh photo ini. Tentukan lima style salah satunya. Saya bakal mengetes apakah anda dapat bergaya. Janganlah malu-malu, don’t be shy! ” kata Adhin sambil memberiku satu album photo. 
Saya lihat bebrapa photo di dalamnya. Ah ini sih seperti style photo jenis di majalah-majalah! Gampang sangat! Lantas saya pilih lima style yang menurutku bagus. Kemudian, jepret sana, jepret sini, lima style telah saya berpose serta dipotret. Namun Adhin belum mempersilakan saya keluar ruang. Dia nampaknya seperti memikirkan sesaat. 
“Nah, saat ini, Han. Cobalah anda buka kancing-kancing sisi atas blus anda. Tidak usah malu. Biasa-biasa saja lah! ” 
Kupikir tidak apa-apa lah kesempatan ini. Kubuka sebagian kancing atas blusku hingga tampak BH yang kupakai. Mata Adhin sepintas beralih waktu lihat pangkal payudaraku yang montok. Lantas saya dipotret lagi dengan pose-pose yang sensual. 
“Nah, demikian kan yahud. Saat ini cobalah buka pakaian anda semua. ” 
Wah! Ini sih mulai kelewatan! 
“Ayolah, janganlah malu-malu! ” 
Sesungguhnya dalam hati saya menampik. Walau demikian biarkanlah, lantaran saya mulai sejak kecil senantiasa mengidam-idamkan menginginkan jadi photo jenis. 
Dengan perlahan kutanggalkan blus serta celana panjangku. Mata Adhin tanpa ada berkedip memandangi badan mulusku yang cuma ditutupi oleh BH serta celana dalam. Saya sedikit menggigil kedinginan cuma kenakan pakaian dalam di ruang yang ber-AC ini. 
Tetapi Adhin tak menghiraukannya. Ia jadi menyuruhku menanggalkan baju yang masihlah tersisa di badanku. Ah, hilang ingatan ini! Namun cueklah, cuma berdua ini! Lantas dengan membelakangi Adhin, kulepas BH-ku. Kusilangkan tanganku di dada menutupi payudaraku.Han, masak anda balik tubuh demikian. Bagaimana saya dapat mengetesmu. ” 
Saya membalikkan badan menghadap Adhin. Adhin menyuruhku turunkan tangan yang menutupi payudaraku. Adhin terpana melihat payudaraku yang montok serta diisi dengan puting susunya yang tinggi menantang berwarna kecoklatan fresh, tanpa ada tertutup oleh selembar benang juga. 
Saya jadi risih pada pandangan matanya. Adhin menyuruhku melepas celana dalamku. Ia makin melotot lihat sisi kemaluanku yang ditumbuhi oleh rambut-rambut halus yang masihlah tidak tebal. Sepintas kulihat kemaluan dibalik celana panjangnya menegang. 
“Nah, saat ini anda diam di situ. Bakal kuukur badanmu, apakah penuhi prasyarat”, kata Adhin sembari mengambil meteran untuk menjahit. Pertama kalinya dia mengukur ukuran vital dadaku. Ia melingkarkan meterannya lewat payudaraku. 
Dengan berniat tangan Adhin menyentil puting susuku samping kanan hingga membuatku meringis kesakitan. Namun saya diam merengut saja. 
“Kamu mujur mempunyai payudara yang indah seperti ini”, kata Adhin sembari mencolek belahan payudaraku. 
“Nah, telah usai saat ini. ” Saya terasa lega. Pada akhirnya selesailah pelecehan seksual yang sangat terpaksa kuterima ini. 
“Jadi saya telah bisa keluar? ” tanyaku. 
“Eit! Siapa katakan anda telah bisa keluar?! Tunggu dulu, manis! ” 
Wah, kacau! Apa kiranya yang ia kehendaki lagi? 
“Susan! ” Adhin memanggil seorang. 
Seseorang gadis cantik keluar dari ruang lain, telanjang bulat. Ya ampun, nyatanya ia yaitu cewek Indo yang tadi duduk di sampingku di ruangan tunggulah. Payudaranya yang montok tergantung indah di dadanya, seimbang dengan pinggulnya yang montok juga. Saya bertanya-tanya apa makna dari semuanya. 
“Nah, saat ini cobalah anda saksikan, Hanny. Susan ini yaitu hanya satu pelamar yang sukses dipilih. Kenapa? Sebab ia pas dengan profil photo jenis yang saya kehendaki untuk proyek kalender bugil yang bakal saya edarkan diluar negeri. 
Jika anda menginginkan sukses seperti Susan, anda mesti berani seperti dia, Han”, kata Adhin sembari menunjuk ke arah gadis cantik yang bugil itu. Astaga! Batinku. Saya mesti dipotret bugil. Bagaimana pandangan beberapa orang terhadapku kelak jika bebrapa photo telanjangku hingga diliat beberapa orang banyak?! Namun kan hanya diedarkan diluar negeri?! 
“Baiklah, namun kesempatan ini saja ya”, saya menyanggupinya. Pada akhirnya saya dipotret dalam sebagian pose. Pose yang pertama, saya diminta berbaring tertelentang dengan pose memanjang diatas ranjang, dengan buka pahaku lebar-lebar, hingga memperlihatkan kemaluanku dengan terang. 
Pose ke-2, saya duduk mengangkang di pinggir ranjang sesaat Susan menjilati liang kemaluanku. Pose ketiga, saya dalam kondisi berdiri, sedang Susan dengan lidahnya yang mahir mempermainkan puting susuku. 
Pose ke empat, saya masihlah berdiri, sesaat Susan berdiri di belakangku serta berbuat seolah-oleh kami berdua tengah bersenggama. Susan bertindak sebagai seseorang pria yang tengah menghujamkan batang kemaluannya kedalam liang kewanitaanku, sedang tangannya meremas-remas ke-2 iris payudaraku yang indah. 
Serta saya disuruh memejamkan mataku, seolah-olah saya tengah terbuai oleh kesenangan yang tidak ada taranya. Semuanya yaitu pose-pose yang menghidupkan nafsu birahi untuk golongan pria tetapi sangat memuakkan untuk diriku. 
Mendadak kurasakan ke-2 iris payudaraku diremas-remas dengan lebih keras, bahkan juga lebih kasar. Saya meronta-ronta kesakitan. Saya melihat ke belakang. Astaga! Nyatanya yang di belakangku telah bukanlah Susan lagi, tetapi Adhin yang saat ini tengah mempermainkan payudaraku dengan seenaknya! Tak tahu Susan telah ke mana perginya. 
“Jangan, Pak! Janganlah! ” Saya memberontak-berontak sebisa-bisanya. Namun semuanya tak ada akhirnya. Tangan Adhin lebih kuat mendekapku kencang-kencang hingga saya nyaris tak dapat bernafas. 
“Kamu memang sungguh-sungguh cantik, Hanny”, kata Adhin sembari mencium tengkukku sesaat tangannya masihlah selalu merambah ke-2 bukit yang membusung di dadaku. 
Mendadak dengan kasar, Adhin mendorongku, hingga saya jatuh tertelentang di sofa. Lihat badan mulusku yang telah tergeletak pasrah di depannya, nafas Adhin memburu seperti dikejar setan. Matanya melotot seperti ingin meloncat keluar lihat keindahan badan di depannya. 
Kututup payudaraku dengan tanganku, namun Adhin menepiskannya. Begitu belahan payudaraku begitu lembut serta merangsang saat mulut Adhin mulai menjamahnya. Payudaraku yang putih bersih itu memanglah mengundang selera. 
Mulut Adhin dengan buas menjilat serta melumat sisi puncak payudaraku, lantas menghisap puting susuku bertukaran, hingga saya menggelinjang kegelian. Nafasku turut memburu saat tangan Adhin mulai merayap ke selangkanganku, meraba-raba pahaku dari pangkal hingga lutut. Lantas betisku yang mulus itu. 
Saya beberapa nyaris tidak dapat bernafas lagi saat mulut Adhin selalu menghisap serta menyedot puting susuku. Saya meronta-ronta. Namun Adhin selalu menekan serta melumat puting susuku yang runcing kemerahan itu. Seumur hidupku, belum pernah saya diperlakukan sedemikian lupa oleh lelaki manapun, serta saat ini saya mesti menyerahkan diriku pada Adhin.Adhin coba mendorong batang kemaluannya masuk kedalam liang senggamaku yang sempit. Ia telah tidak kuat lagi membendung nafsunya yang mencapai puncak saat batang kemaluannya bergesekan dengan liang kewanitaanku yang merah terbuka. 
Batang kemaluan Adhin pada akhirnya menghujam semuanya kedalam liang kenikmatanku. Saya menjerit saat liang kewanitaanku diterobos oleh batang kemaluan Adhin yang tegang serta panjang. Begitu perih saat “kepala meriam” itu selalu masuk kedalam liang kewanitaanku, yang belum pernah meskipun rasakan jamahan lelaki. 
Saya coba memberontak sekuat tenaga lagi. Namun apa daya, Adhin lebih kuat. Lagipula saya telah lemas, tenagaku telah nyaris habis. Sangat terpaksa saya cuma bisa terima dengan pasrah digagahi oleh Adhin. 
Serta pada akhirnya, saya terasa tidak kuat lagi. Kemudian saya tidak ingat apa-apa lagi. Saya tidak sadarkan diri. 
Waktu saya siuman, saya mengerti diriku masihlah tergeletak telanjang bulat di sofa dengan cairan-cairan kesenangan yang ditembakkan dari batang kemaluan Adhin berhamburan di sekujur perut serta dadaku. 
Sesaat kulihat ruang itu sudah kosong. Selekasnya kukenakan bajuku kembali serta bergegas ke luar ruang. Kukebut Feroza-ku pulang ke tempat tinggal serta bersumpah tidak bakal pernah kembali pada ke tempat terkutuk itu!
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Breaking News

PALING DICARI

Arsip Blog

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Arsip Blog